Minggu, 07 September 2014

MANDI, Makalah



MANDI



MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Fiqih I (Ibadah)
Dosen Pengampu: Hasanain Haikal H., S.H, M.H







Oleh:
1.          Riyanti Afidah                                    (1310110429)
2.          Imam Ahmad Badawi                        (1310110441)
3.          Dian Fatmasari                                  (1310110451)


JURUSAN TARBIYAH PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
KUDUS
2014


I.                   PENDAHULUAN
Kebersihan adalah sebagian dari iman.Islam merupakan agama yang bersih yang menghendaki setiap pengikutnya memiliki jasmani dan rohani yang bersih untuk melaksanakan ibadah kepada Allah SWT. Salah satu ibadah yang wajib kita kerjakan sehari-hari adalah shalat. Shalat merupakan tiang agama dan amal perbuatan yang akan dihisab pertama kali. Jika shalatnya sah, maka amalnya pun diterima. Sedangkan jika shalatnya tidak sah, maka ditolaklah seluruh amalannya. Salah satu syarat agar shalatnya sah adalah suci dari hadats, baik hadats kecil maupun hadats besar. Apabila orang muslim berhadats besar, maka ia wajib bersuci, yaitu dengan mandi. Selain tuntutan dari Allah, mandi juga berguna bagi kesehatan kita.
Dengan demikian kita harus mengetahui tentang hal-hal yang berkaitan dengan mandi, sehingga mandi yang dilakukan itu sah menurut ajaran syari’at ibadah.
II.                RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian mandi?
2.      Apa saja sebab-sebab wajib mandi?
3.      Apa saja syarat mandi?
4.      Apa saja rukun mandi?
5.      Apa saja sunnah-sunnah mandi?
6.      Apa saja yang termasuk mandi sunnah?
III.             PEMBAHASAN
1.      Pengertian Mandi
Menurut lughat, mandi disebut al ghasl atau al ghusl berarti mengalirnya air pada sesuatu. Sedangkan didalam istilah syara’ ialah mengalirnya air ke seluruh tubuh disertai dengan  niat.[1]
Dalam kitab Fat-hul Qarib, pengertian mandi menurut bahasa ialah mengalirkan air atas sesuatu perkara secara muthlaq.Sedangkan menurut pengertian syara’, mandi ialah mengalirnya air ke seluruh tubuh dengan disertai niat yang sudah ditentukan.[2]
Disyari’atnya mandi berdasarkan firman Allah surat Al-Maidah ayat 6:
$pkšr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä #sŒÎ) óOçFôJè% n<Î) Ío4qn=¢Á9$# (#qè=Å¡øî$$sù öNä3ydqã_ãr öNä3tƒÏ÷ƒr&ur n<Î) È,Ïù#tyJø9$# (#qßs|¡øB$#ur öNä3ÅrâäãÎ/ öNà6n=ã_ör&ur n<Î) Èû÷üt6÷ès3ø9$# 4 bÎ)ur öNçGZä. $Y6ãZã_ (#r㍣g©Û$$sù 4 bÎ)ur NçGYä. #ÓyÌó£D ÷rr& 4n?tã @xÿy ÷rr& uä!%y` Ótnr& Nä3YÏiB z`ÏiB ÅÝͬ!$tóø9$# ÷rr& ãMçGó¡yJ»s9 uä!$|¡ÏiY9$# öNn=sù (#rßÅgrB [ä!$tB (#qßJ£JutFsù #YÏè|¹ $Y6ÍhŠsÛ (#qßs|¡øB$$sù öNà6Ïdqã_âqÎ/ Nä3ƒÏ÷ƒr&ur çm÷YÏiB 4 $tB ߃̍ムª!$# Ÿ@yèôfuŠÏ9 Nà6øn=tæ ô`ÏiB 8ltym `Å3»s9ur ߃̍ムöNä.tÎdgsÜãŠÏ9 §NÏGãŠÏ9ur ¼çmtGyJ÷èÏR öNä3øn=tæ öNà6¯=yès9 šcrãä3ô±n@ ÇÏÈ  
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al-Maidah: 6)
2.      Sebab-Sebab Wajib Mandi
a.       Bersetubuh
Ayat surat Al Maidah tersebut di atas menunjukkan kewajiban orang yang junub untuk mandi. As Sayyid Sabiq mengemukakan pendapat Imam Syafi’i bahwa, arti umum janabat adalah bersetubuh sekalipun tidak mengeluarkan mani.[3]
Segala ketentuan hukum tentang persetubuhan tetap berlaku walaupun zakarnya dimasukkan dalam keadaan terbalut, misalnya dengan kondom.Selain mengenai wajibnya mandi juga berlaku pada batalnya puasa, haji dan sebagainya.[4]
b.      Keluar mani baik dalam keadaan sadar atau karena mimpi.
Berdasarkan hadits riwayat Al Bukhori dan Muslim dari Ummu Salamah. Berkata Ummu Salamah:
أن أم سليم قالت: يارسول الله إن الله لايستحيى من الحق فهل على المرأة الغسل إذااحتلم؟ قال نعم؍ إذارأت الماء
Artinya: “Ummu Sulaim datang menemui Rasulullah SAW dan berkata sesungguhnya Allah tidak malu terhadap kebenaran. Apakah perempuan wajib mandi jika bermimpi? Rasulullah menjawab: Ya, jika ia melihat air (mani).” (HR. Muttafaqun ‘alaih)[5]
Air mani dapat dikenali dengan:
a.       Keluarnya memancar beberapa kali,
b.      Rasa lezat ketika keluar dan hilang syahwat setelahnya,
c.       Bau adonan gandum, ketika masih basah.
d.      Bau putih telur setelah mani itu kering.
Apabila seorang perempuan telah mandi, tetapi kemudian mani laki-laki yang bersetubuh dengannya itu keluar kembali dari farajnya, ia tidak mesti mengulangi mandi.[6]
c.       Meninggal dunia.
jika ada orang islam meninggal kecuali mati syahid, maka orang islam yang masih hidup wajib memandikannya.Kewajiban ini merupakan fardhu kifayah.
d.      Haidl/menstruasi.
Dalil mengenai hal ini adalah:
1)      Firman Allah SWT:
štRqè=t«ó¡our Ç`tã ÇÙŠÅsyJø9$# ( ö@è% uqèd ]Œr& (#qä9ÍtIôã$$sù uä!$|¡ÏiY9$# Îû ÇÙŠÅsyJø9$# ( Ÿwur £`èdqç/tø)s? 4Ó®Lym tbößgôÜtƒ ( #sŒÎ*sù tbö£gsÜs?  Æèdqè?ù'sù ô`ÏB ß]øym ãNä.ttBr& ª!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tûüÎ/º§q­G9$# =Ïtäur šúï̍ÎdgsÜtFßJø9$# ÇËËËÈ  
Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqoroh:222)
2)      Hadits:
إذاأقبلت الحيضة فدعى الصلاة وإذا ادبرت فاغتسلى وصلى
Artinya: “Apabila haid datang maka tinggalkanlah shalat dan bila ia telah pergi (selesai) maka mandilah dan shalat.” (HR. Bukhori)
e.       Nifas, yaitu darah yang keluar dari rahim wanita setelah melahirkan bayi.
f.       Wiladah/malahirkan.
Perempuan diwajibkan mandi setelah melahirkan walaupun anak yang dilahirkannya itu belum sempurna.Misalnya masih merupakan darah beku (‘alaqoh) atau segumpal daging (Mudghah). Dalam hal ini ia diwajjibkan mandi karena yang lahir itu adalah air mani yang telah membeku.[7]
3.      Syarat-Syarat Mandi
a.       Islam.
b.      Tamyis, orang mumayyiz ialah orang yang sudah dapat membedakan segala perbuatan manusia yang baik dan yang buruk.
c.       Dengan menggunakan air yang mutlaq (air yang suci dan mensucikan).
d.      Tidak ada yang menghalangi sampainya air pada anggota badan seperti: cat, getah, dan lain-lain.
e.       Tidak dalam keadaan haidl atau nifas.[8]
4.      Rukun Mandi
a.       Niat, maksudnya ialah sengaja menghilangkan hadats besar/ mandi sunah yang lain. Niat tersebut harus dibaca bersamaan dengan basuhan yang pertama. Seandainya orang itu niat sesudah membasuh sebagian(anggota badan) maka wajib mengulang pembasuhan sebagian anggota badan tersebut.
Niat dianggap sah jika:
1)      Berniat untuk mengangkat hadast besar, hadast janabah, haid, nifas, atau hadast lainnya, dari seluruh tubuhnya,
2)      Berniat untuk membolehkan shalat, thawaf atau pekerjaan lain yang hanya boleh dilakukan dengan thoharoh atau,
3)      Berniat mandi wajib, berniat menunaikan mandi, berniat thaharoh untuk shalat.
b.      Menghilangkan najis yang ada pada badan.
c.       Meratakan air keseluruh badan, mulai dari rambut sampai jari-jari kaki.
Kewajiban membasahi rambut pada waktu mandi didasarkan kepada hadits Nabi SAW:
إن تحت كل شعرة جنابة فاغسلواالشعر وأنفقوا البشرة
Artinya: “Sesungguhnya dibawah tiap-tiap rambut itu ada janabah, maka basahilah rambut dan bersihkanlah kulit” (HR. Bukhori)
5.      Sunnah-Sunnah Mandi
Untuk kesempurnaan pelaksanaan mandi, maka disunnahkan pula mengerjakan hal-hal berikut:
a.       Membaca basmalah.
b.      Membasuh tangan sebelum memasukkanya ke bejana.
c.       Berwudhu dengan sempurna sebelum melakukan mandi.
d.      Menggosok seluruh tubuh yang terjangkau oleh tangannya, sambil memastikan agar air benar-benar mencapai semua bagian tubuhnya yang tersembunyi, seperti ketiak, daun telinga, lipatan-lipatan pada perut, dan sebagainya.
e.       Muwalah, yakni membasuh suatu anggota sebelum kering anggota yang dibasuh sebelumnya.
f.       Mendahulukan menyiram bagian kanan dari tubuh, punggung dan perut.
g.      Menyiram dan menggosok badan sebanyak tiga kali.
h.      Khusus bagi perempuan, setelah selesai mandi haid atau nifas, disunnahkan memakai kasturi atau wangian lainnya pada bekas darahnya, kecuali kalau ia sedang ihrom atau berkabung. Kasturi itu ditaruh pada kapas kemudian dimasukkan ke mulut kemaluannya.[9]
6.      Macam-Macam Mandi Sunnah
a.       Mandi hari jum’at
b.      Mandi hari raya Idul Fitri
c.       Mandi hari raya Idu\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\l Adha
d.      Mandi karena hendak mengerjakan shalat istisqo’ (minta hujan)
e.       Mandi karena adanya gerhana rembulan
f.       Mandi karena adanya gerhana matahari
g.      Mandi karena selesai memandikan mayit
h.      Mandi karena masuk islam
i.        Mandi karena sembuh dari gila
j.        Mandi karena sembuh dari ayan
k.      Mandi karena akan mengerjakan ihram, baik ihram haji atau umroh
l.        Mandi karena hendak memasuki negeri Makkah
m.    Mandi karena hendak wukuf di Arafah
n.      Mandi karena bermalam di tanah Muzdalifah
o.      Mandi karena hendak melempar jumrah tiga
p.      Mandi karena hendak thowaf
q.      Mandi-mandi lain, misalnya mandi pada tiap-tiap malam bulan ramadhan.[10]
IV.             KESIMPULAN
1.      Menurut lughat, mandi disebut al ghasl atau al ghusl berarti mengalirnya air pada sesuatu. Sedangkan didalam istilah syara’ ialah mengalirnya air ke seluruh tubuh disertai dengan  niat.
2.      Sebab-sebab wajib mandi ada 6, yaitu: Bersetubuh, keluar mani, meninggal dunia, haidl, nifas dan wiladah.
3.      Syarat mandi ada 5, yaitu: Islam, Tamyiz, menggunakan air mutlaq, tidak ada sesuatu yang menghalangi sampainya air ke anggota badan dan tidak sedang dalam keadaan haidl atau nifas.
4.      Rukun mandi ada 3, yaitu: Niat, menghilangkan najis yang menempel di badan, meratakan air ke seluruh tubuh.
5.      Sunnah-sunnah mandi diantaranya: membaca basmalah, berwudhu dahulu sebelum mandi, mendahulukan anggota tubuh bagian kanan, dll.
6.      Macam-macam mandi sunnah diantaranya: mandi hari raya idul fitri dan idul adha, mandi pada hari jum’at, dll.
V.                PENUTUP
Alhamdulillah pemakalah panjatkan syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga pemakalah dapat menyelesaikan makalah ini sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Fiqih I (Ibadah)
Pemakalah menyadari bahwa sebagai manusia biasa pasti tidak luput dari segala kesalahan dan kekeliruan.Maka apabila di dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan, pemakalah mengharap kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan/perbaikan makalah ini.
Demikianlah makalah yang dapat pemakalah susun, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Amin Yaa Robbal ‘alamiin..


DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Lahmuddin. 1995. Fiqih I.:Logos (Wacana Ilmu dan Pemikiran).
Abu Amar, Imron. 1982. Terjemah Fat-hul Qarib.Kudus: MENARA
Daradjat, Zakiah. 1995. Ilmu Fiqih Jilid I. Yogyakarta:PT. Dana Bhakti Wakaf.
Abyan, Amir dan Zainal Muttaqin. 2004. Fiqih.Semarang: CV. Thoha Putra.


[1] Nasution, Lahmuddin. Fiqih I. Logos (Wacana Ilmu dan Pemikiran). 1995. Hlm. 29
[2] Abu Amar, Imron. Terjemah Fat-hul Qarib.Menara.Kudus. 1982. Hlm. 29.
[3] Daradjat, Zakiah. Ilmu Fiqih Jilid I.PT. Dana Bhakti Wakaf.Yogyakarta. 1995. Hlm. 54
[4]Nasution, Lahmuddin. Fiqih I. Logos (Wacana Ilmu dan Pemikiran). 1995. Hlm. 31
[5]Daradjat, Zakiah. Ilmu Fiqih Jilid I.PT. Dana Bhakti Wakaf.Yogyakarta. 1995. Hlm. 55
[6] Nasution, Lahmuddin. Fiqih I. Logos (Wacana Ilmu dan Pemikiran). 1995. Hlm. 32
[7] Nasution, Lahmuddin. Fiqih I. Logos (Wacana Ilmu dan Pemikiran). 1995. Hlm. 32-33
[8]Abyan, Amir dan Zainal Muttaqin. Fiqih.CV. Thoha Putra. Semarang. 2004. Hlm. 41
[9] Nasution, Lahmuddin. Fiqih I. Logos (Wacana Ilmu dan Pemikiran). 1995. Hlm. 29-30
[10]Abu Amar, Imron. Terjemah Fat-hul Qarib.Menara.Kudus. 1982. Hlm. 37.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar