FILSAFAT
IDEALISME
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Filsafat
Dosen Pengampu: Drs. H. Mohammad
Afif
Oleh:
1.
Riyanti Afidah (1310110429)
2.
Choirin Nisa’ (1310110431)
3.
Firdaus Gilang
R. (1310110463)
JURUSAN
TARBIYAH PAI
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
KUDUS
2013
A.
PENDAHULUAN
Ilmu filsafat sebetulnya banyak
aliran atau paham, diantaranya seperti aliran renaisance, rasionalisme,
idealisme, empirisme, pragmatisme, existentialisme, dan masih banyak lagi.
Antara aliran atau paham yang satu dan yang lainnya ada yang saling
bertentangan dan ada pula yang memiliki konsep dasar sama. Akan tetapi meskipun
bertentangan, bukanlah untuk saling dipertentangkan. Justru dengan banyaknya
aliran atau paham yang sudah diperkenalkan oleh tokoh-tokoh filsafat, kita
dapat memilih cara yang pas dengan persoalan yang sedang kita hadapi. Antara
aliran atau paham yang satu dengan yang lainnya dapat saling mendukung. Seperti
penyelesaian masalah yang sederhana misalnya, kita bisa menggunakan logika
klasik, untuk menggali ilmu-ilmu yang ada di alam, kita dapat menggunakan cara
empirisme, untuk membantu pemahaman bisa menggunakan paham rasionalisme, dan
untuk persoalan yang kompleks kita dapat menggunakan teorinya idealisme
(dialektika).
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Apakah
pengertian filsafat?
2. Apakah
pengertian idealisme?
3. Bagaimanakah
wujud idealisme mahasiswa?
C. PEMBAHASAN
1. Pengertian
Filsafat
Secara
etimologi, kata filsafat berasal dari kata Yunani filosofia, yang berasal dari kata kerja filosofein yang berarti mencintai kebijaksanaan. Kata tersebut
berasal dari kata Yunani philosophis
yang berasal dari kata kerja philein
yang berarti mencintai, atau philia
yang berarti cinta, dan Sophia yang
berarti kearifan. Dari kata tersebut lahirlah kata Inggris philosophy yang biasa diterjemahkan sebagai “cinta kearifan”.
Plato memberikan
istilah dengan dialektika yang
berarti seni berdiskusi. Dikatakan demikian karena filsafat harus berlangsung
sebagai upaya memberikan kritik terhadap berbagai pendapat yang berlaku.
Kearifan atau pengertian intelektual yang diperoleh lewat proses pemeriksaan
secara kritis ataupun dengan berdiskusi.juga diartikan sebagai suatu
penyelidikan terhadap sifat dasar yang penghabisan dari kenyataan. Karena
seorang filosof akan selalu mencari sebab-sebab dan asas-asas yang penghabisan
(terakhir) dari benda-benda.[1]
2. Pengertian
Idealisme
Idealisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat
dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh. Istilah
idealisme diambil dari kata idea yaitu
sesuatu yang hadir dalam jiwa.[2]
Adapun ayat AlQur’an yang berkaitan dengan idealisme adalah
AlQur’an surat Ali Imron ayat 104:
وَلْتَكُن
مِّنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ
وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُون
Artinya:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah
orang-orang yang beruntung.”[3]
Menurut Ahmad Agung yang dikutip dari bukunya Juhaya S. Pradja (1987 : 38)
ada beberapa jenis idealisme, diantaranya :
a.
Idealisme subjektif atau juga
disebut immaterialisme, mentalisme, dan fenomenalisme.
Seorang idealis subjektif akan mengatakan bahwa akal, jiwa, dan
persepsi-persepsinya atau ide-idenya merupakan segala yang ada. Objek
pengalaman bukanlah benda material; objek pengalaman adalah persepsi. Oleh
karena itu benda-benda seperti bangunan dan pepohonan itu ada, tetapi hanya ada
dalam akal yang mempersepsikannya.
b.
Idealisme objektif, yakni
dikatakan bahwa akal menemukan apa yang sudah terdapat dalam susunan alam.
c.
Idealisme individual atau idealisme
personal, yaitu nilai-nilainya dan perjuangannya untuk menyempurnakan
dirinya. Personalisme ini muncul sebagai protes terhadap materialisme
mekanik dan idealisme monistik.[4]
Pelopor
idealisme: J.G. Fichte (1762-1814), F.W.J. Scheling (1775-1854), G.W.F. Hegel
(1770-1831), Schopenhauer (1788-1860).[5]
Idealisme mempunyai argument epistemologi tersendiri. Oleh
karena itu, tokoh-tokoh teisme yang mengajarkan bahwa materi bergantung kepada
spirit tidak disebut idealis karena mereka tidak menggunakan argument yang
mengatakan bahwa objek-objek fisik pada akhirnya adalah ciptaan tuhan, argument
orang-orang idealisme mengatakan bahwa objek-objek tidak dapat dipahami
terlepas dari spirit.[6]
Menurut Plato ide tidak diciptakan oleh pemikiran manusia.
Ide tidak tergantung pada pemikiran manusia, melainkan pikiran manusia yang
tergantung pada ide. Ide adalah citra pokok dan perdana dari
realitas, nonmaterial, abadi, dan tidak berubah. Ide sudah ada dan berdiri
sendiri di luar pemikiran kita. Ide-ide ini saling berkaitan satu dengan yang
lainnya. Misalnya, ide tentang dua buah lukisan tidak dapat terlepas dari ide
dua, ide dua itu sendiri tidak dapat terpisah dengan ide genap. Namun, pada
akhirnya terdapat puncak yang paling tinggi di antara hubungan ide-ide
tersebut. Puncak inilah yang disebut ide yang “indah”. Ide ini melampaui segala
ide yang ada.
Tokoh aliran
idealisme adalah plato (427-374 SM), ia adalah murid sokrates. Aliran idealisme
adalah suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Ia adalah murid dan
teman Socrates. Setelah runtuhnya penguasaan Tiga Puluh Penguasa Lalim ia
terpaksa meninggalkan Athena, dan ia tidak hadir pada peristiwa kematian serta
proses peradilan Socrates. Karena sering mengadakan perlawatan ia memperoleh
pengetahuan yang banyak jumlahnya. Usaha untuk menerapkan teori-teorinya pada
pemerintahan Dionysius I di Syarcuse mengalami kegagalan. Pada tahun 387 pada
pemerintahan Dionysius II di Syarcuse, Plato sekali lagi menerapkan
teori-teorinya, namun kembali mengalami kegagalan. Percobaan yang ketiga pada
tahun 361 akhirnya juga kandas.[7]
Sejak berumur 20 tahun plato mengikuti pelajaran sokrates.
Pelajaran itulah yang memberi kepuasan baginya. Pengaruh sokrates makin hari
makin mendalam padanya. Ia menjadi murid sokrates yang setia. Sampai pada akhir
hidupnya sokrates tetap menjadi pujaannya. Dalam segala karangan yang berbentuk dialog, bersoal jawab,
sokrates kedudukannya sebagai pujangga yang menuntun. Dengan cara begitu ajaran
plato tergambar keluar melalui mulut sokrates. Setelah pandangan filosofinya
sudah jauh menyimpang dan sudah lebih lanjut dari pandangan gurunya, ia terus
berbuat begitu. Sokrates digambarkannya sebagai juru bahasa isi hati rakyat di
Ahtena yang tertindas karena kekuasaan yang saling berganti. Kekuasaan
demokrasi yang meluap menjadi anarki dan sewenang-wenang digantikan
berturut-turut oleh kekuasaan seorang tiran dan oligarki, yang akhirnya membawa
Athena lenyap ke bawah kekuasaan asing.
Menurutnya cita adalah gambara asli yang semata-mata
bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan
bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera, dalam pertemuan jiwa dan cita
melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta
menganggap yang nyata hanya idea, dan idea yaitu selalu tetap atau tidak mengalami
perubahan serta penggeseran yang alami gerak yang tidak dikategorikan idea.
Keberadaan idea tidak nampak dalam wujud lahiriah tetapi
gambaran yang asli hanya dapat dipotret oleh jiwa murni. Alam dalam pandangan
idealisme adalah gambaran dari dunia idea sebab, posisinya tidak menetap
sedangkan yang dimaksud dengan idea adalah hakikat murni dan asli,
keberadaannya sangat absolut dan kesempurnaan sangat mutlak, tidak bisa
digunakan oleh material. Pada kenyataaanya idea digambarkan dengan dunia yang
tidak terbentuk, demikian jiwa bertempat didalam dunia yang tidak bertubuh yang
dikatakan dunia idea.
Dunia idea adalah pekerjaan rohani yang berupa angan-angan
untuk mewujudkan cita-cita yang arealnya merupakan lapangan metafisis di luar
alam yang nyata. Menurut Berguson rohani merupakan sasaran untuk mewujudkan
suatu visi yag lebih jauh jangkauannya, yaitu intuisi dengan melihat kenyataan
bukan sebagai materi maupun dunia luar yang tidak dapat dikenal tetapi
melainkan dunia daya hidup yang kreatif.[8]
Aliran idealisme kenyataannya sangat identik dengan alam dan
lingkungan sehingga melahirkan 2 macam realita yaitu :
1. Yang Nampak, yaitu apa yang dialami
oleh kita selaku makhluk hidup dalam lingkungan ini.
2. Realitas sejati, yaitu merupakan
sifat yang kekal dan sempurna (idea), gagasan dan pikiran yang utuh didalamnya
terdapat nila-nilai yang murni dan asli, kemudian kemutlakan dan kesejatian
kedudukannya lebih tinggi dari yang Nampak, karena idea merupakan wujud yang
hakiki.
Prinsipnya
aliran idealisme mendasari semua yang ada dan yang nyata didalam ini hanya
idea, dunia idea merupakan lapangan rohani dan bentuknya tidak sama dengan alam
nyata seperti yang nampak dan tergambar. Sedangkan ruangannya tidak mempunyai
batas dan tumpuan yang paling akhir dari idea adalah arche yang merupakan
tempat kembali kesempurnaan yang disebut dunia idea dengan Tuhan. Arche
sifatnya kekal dan sedikit pun tidak mengalami perubahan.
Manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga dan lebih
tinggi dibandingkan dengan materi bagi kehidupan manusia roh itu pada dasarnya
dianggap suatu hakikat yang sebenarnya, sehingga benda atau materi disebut
sebagai penjelmaan dari roh atau sukma. Aliran idealisme berusaha menerangkan
secara alami pikiran yang keadaannya secara metafisis yang baru berupa gerakan-gerakan
rohaniah dan dimensi gerakan tersebut untuk menemukan hakikat yang mutlak dan
murni pada kehidupan manusia. Demikian juga hasil adaptasi individu dengan
individu lainya. Oleh karena itu adanya hubungan rohani yang akhirnya membentuk
kebudayaan dan keberadaan baru.[9]
Sebagaimana Phidom mengetengahkan dua prinsip pengenalan
dengan memungkinkan alat-alat inderawi yang difungsikan disini adalah jiwa atau
sukma, dengan demikian dunia pun terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Dunia nyata dan dunia tidak nyata.
2. Dunia kelihatan (boraton genos) dan
dunia yang tidak kelihatan (kosmos neotos).
Plato
dalam mencari jalan melalui teori aplikasinya dimana pengenalan terhadap idea
bisa diterapkan pada alam nyata seperti yang ada dihadapan manusia, sedangkan
pengenalan alam nyata belum tentu bisa mengetahui apa dibalik alam nyata.
Memang
kenyataannya sukar untuk mengerti unsur-unsur yang ada pada ajaran idealisme
khususnya dengan plato ini disebabkan aliran platonisme bersifat lebih banyak
membahas tentang hakikat sesuatu dari pada menampilkannya dan mencari dalil
keterangan itu sendiri. Oleh karena itu dapat kita katakana bahwa pikiran plato
itu bersifat dinamis dan tetap berlanjut tanpa akhir. Adanya buah pikiran plato
itu maka ahli sejarah filsafat tetap memberikan tempat terhormat bagi sebagian
pendapat dan buah pikirannya yang pokok dan utama.
Menurut
Betran Russel adapun buah pikiran penting yang dibicarakan oleh filsafat plato
adalah sebagai berikut :
a. Kota utama yang merupakan idea yang
belum pernah dan dikemukakan orang sebelumnya.
b. Pendapatnya tentang idea merupakan
buah pikiran utama yang mencoba memecahkan persoalan-persoalan menyeluruh,
persoalan itu yang sampai sekarang belum terpecahkan.
c. Pembahasan dan dalil yang
dikemukakannya tentang keabadian.
d. Buah pikiran tentang alam / cosmos.
e. Pandangannya tentang ilmu
pengetahuan.
Disisi
lain filsafat idealisme plato banyak memberikan pengaruh dan sumbangan ke dalam
dunia pendidikan. Dimana plato mendasari pendidikan itu kaitannya sangat perlu,
baik bagi dirinya selaku individu maupun bagi warga Negara dan ditambahkannya
bahwa pelaksanaan pendidikan harus mengenyam pendidikan.[10]
3. Idealisme Mahasiswa
Sejarah
Indonesia adalah sejarah kehidupan mahasiswa. Generasi pemuda yang hampir
selalu muncul sebagai penentu perubahan-perubahan besar dalam kehidupan bangsa.
Soekarno telah menandai awal mula mahasiswa sebagai kehidupan bangsa dan
menjadi penyalur antara rakyat dan penguasa sehingga menyebut dirinya
“Penyambung Lidah Rakyat”. Belum lagi peristiwa 66, Malari, atau yang masih
terngiang oleh kita, yaitu reformasi. Semua berbicara mengenai kehidupan bangsa
dan mahasiswa.
Idealisme
mahasiswa adalah sebagai agen perubahan
‘agent of change’, kekuatan moral ‘moral force’, dan agen
control sosial ‘agent of control social’. Perguruan tinggi adalah embrional dari
segala kehidupan bangsa, mahasiswa adalah elemen penting di dalamnya. Idealisme
yang diagungkan seorang mahasiswa adalah sebuah harta benda yang bernilai.
Barang berharga yang mungkin tak lagi dimiliki ketika lepas dari status
mahasiswa. Idealisme mahasiswa mencerminkan idealisme calon pemimpin negeri ini
kelak.
Mahasiswa
menempatkan dirinya sebagai sebuah pemegang idealisme paling handal. Tak heran
banyak kita dengar ucapan dari mahasiswa bahwa “Idealisme saya adalah harga
mati dan tak akan saya jual demi apapun.” Idealisme bagi mahasiswa bukanlah
sekadar dunia ideal yang begitu dalam akan teori dan mengambang di realita.
Idealisme mahasiswa adalah pertengahan di antara keduanya. Pertemuan itu
dijembatani oleh kesadaran moral mahasiswa yang dekat dengan rakyat dan sadar
akan peran dan posisinya di negeri ini.
Dengan idealisme
pula lah mahasiswa dapat berjalan sesuai dengan rel perjuangan yang telah
dipilih. Rel perjuangan itulah yang telah menjadi warna dalam perjuangan
mahasiswa. Namun, semua rel itulah yang akan menjadi jalan penghubung dan
bertemunya sebuah idealisme mahasiswa yang otentik. Idealisme yang datang dari
alam pikir dan alam semesta. Stasiun yang mempertemukan semua rel perjuangan
adalah hati nurani bangsa. Sehingga pada dasarnya semua pergolakan yang dilalui
demi satu tujuan dan berawal dari satu alasan, yaitu rakyat. Inilah idealisme
mahasiswa yang sejati.[11]
D. KESIMPULAN
1. Secara
etimologi, kata filsafat berasal dari kata Yunani filosofia, yang berasal dari kata kerja filosofein yang berarti mencintai kebijaksanaan.
Plato memberikan istilah dengan dialektika yang berarti seni berdiskusi.
2. Idealisme adalah suatu aliran yang
mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kaitannya
dengan jiwa dan roh. Istilah idealisme diambil dari kata idea yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa.
3.
Idealisme
mahasiswa adalah sebagai agen perubahan
‘agent of change’, kekuatan moral ‘moral force’, dan agen
control sosial ‘agent of control social’.
E. PENUTUP
Alhamdulillah pemakalah panjatkan syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga pemakalah dapat menyelesaikan makalah ini
sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Filsafat.
Pemakalah
menyadari bahwa sebagai manusia biasa pasti tidak luput dari segala kesalahan
dan kekeliruan. Maka apabila di dalam penyusunan makalah ini terdapat
kesalahan, pemakalah mengharap kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
untuk kesempurnaan/perbaikan makalah ini.
Demikianlah makalah yang dapat pemakalah susun, semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.
Amin
Yaa Robbal ‘alamiin..
[1]
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012,
hlm. 1
[2]
Bernard Delfgaauw, Sejarah Singkat Filsafat Barat, Tiara Wacana,
Yogyakarta, 1992, hlm. 59.
[3]
Alqur’an dan Terjemahannya.
[4] http://Aliran-idealisme-dalam-filsafat-pendidikan.html/, diunduh pada tanggal 24 September 2013,
jam 05.30 WIB.
[5] Asmoro
Achmadi, Filsafat Umum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 120.
[6]
Bernard Delfgaauw, Sejarah Singkat Filsafat Barat, Tiara Wacana,
Yogyakarta, 1992, hlm. 60.
[7]
Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Cet. VI, PT. Rosdakarya, Bandung, 1994,
hlm. 137.
[8]
Abdullah Jalaluddin, Filsafat Pendidikan, 1997, hlm. 58
[9] H.
Bakry, Sistematika Filsafat, Wijaya, Jakarta, 1992, hlm.56.
[10]
Hamersma, Tokoh-tokoh
Filsafat modern, Gramedia, Jakarta, 1986, hlm.35.
[11] http://idealisme.mahasiswa=Idealisme-hati-nurani-bangsa_ijongisme.html/,
diunduh pada tanggal 24 September 2013, jam 05.30 WIB.
DAFTAR
PUSTAKA
Achmadi,
Asmoro. Filsafat Umum. 2012. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Delfgaauw,
Bernard. Sejarah Singkat Filsafat Barat.
1992. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Tafsir,
Ahmad. Filsafat Umum. Cet. VI. 1994.
Bandung: PT. Rosdakarya.
Jalaluddin,
Abdullah. Filsafat Pendidikan. 1997.
Bakry,
H. Sistematika Filsafat. 1992.
Jakarta: Wijaya.
Hamersma, Tokoh-tokoh Filsafat modern.
1986. Jakarta: Gramedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar